Materi: Suku Nias

#Materi_Umum
SUKU NIAS

Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.

Asal-Usul
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.

Bahasa
Bahasa Nias termasuk dalam rumpun bahasa Autronesia. Bahasa ini tersebar sampai ke Kepulauan Batu di sebelah selatan Pulau Nias. Di antaranya terdapat empat dialek, yaitu dialek Nias Utara, Nias Tengah (Gomo), Nias Selatan (Teluk Dalam) dan dialek Batu. Bahasa Nias memiliki ciri khas, yaitu semua kata-kata dalam bahasa Nias berakhiran dengan huruf hidup/huruf vocal. Ciri ini juga dimiliki oleh bahasa Jepang. Dalam bahasa Nias sendiri dikenal 6 huruf vocal, yaitu a, e, i ,o ,u dan õ.

Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama orang Nias adalah berladang tanaman ubi jalar, ubi kayu, kentang dan sedikit padi. Mata pencaharian tambahannya adalah berburu dan meramu. Pada saat sekarang di pulau ini ditanam cengkeh dan semak nilam untuk diambil minyaknya.

Agama & Kepercayaan
Pada masa sekarang sebagian besar orang Nias sudah memeluk agama Kristen dan sedikit Islam. Agama asli mereka disebut malohe adu (penyembah roh) yang di dalamnya dikenal banyak dewa, di antaranya yang paling tinggi adalah Lowalangi. Mereka memuja roh dengan mendirikan patung-patung dari batu dan kayu, rumah tempat pemujaan roh disebut osali. Pemimpin agama asli disebut ere. Pada masa sekarang nama Lowalangi diambil untuk menyebut Tuhan Allah dan osali menjadi nama gereka dalam konsep Kristen.

Masyarakat Suku Nias
Kelompok keluarga terkecil atau keluarga inti dalam bahasa Nias disebut sangambato. Beberapa keluarga inti membentuk keluarga luas terbatas yang disebut sangambato zebua. Prinsip hubungan keturunannya bersifat patrilineal dan biasanya setiap keluarga luas tinggal bersama-sama dalam sebuah omo (rumah). Akan tetapi masing-masing keluarga inti mempunyai dapur sendiri. Beberapa sangambati zebua yang berasal dari satu kakek moyang yang sama tergabung ke dalam sebuah mado (di Nias Utara dan Nias Tengah) atau gana (di Nias Selatan) yaitu semacam klan atau marga patrilineal. Seorang anak akan menambahkan nama mado ayahnya di belakang nama kecilnya. Orang-orang dari satu mado bisa saling kawin asal ikatan kekerabatan mereka telah sampai tingkat sepuluh. Orang Nias hidup berkelompok dalam kampung-kampung yang mereka dirikan di atas bukit dan dipagari dengan batu atau aur berduri. Kampung itu mereka sebut banua, dipimpin oleh seorang siulu (bangsawan) yang mereka sebut Tuhenori atau Salawa (raja).
Pada zaman dulu Nias pernah mencapai tingkat perkembangan kebudayaan megalitik yang mengagumkan. Hasil karya budaya itu sampai sekarang masih ditemui sisa-sisanya, seperti meja dan kursi batu, tugu-tugu, dan arca arwah serta omo hada (rumah adat) yang didirikan di atas batu-batu besar pipih dan dengan tiang-tiang kayu besar, penuh pula dengan ukiran-ukiran kuno.

Tradisi Fahombo
Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olah raga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik yang teraneh hingga ke seluruh dunia.Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm. Dalam budaya Nusantara zaman dahulu, belum ada keterlibatan latihan fisik layaknya olahraga modern. Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebuggarran fisikvdan bela diri. Tarian perang dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi fahombo Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lompat gawang dan lompat jauh di atletik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi: Seni Tari Jaipong

Materi: Musik Tradisional

Materi: Musik Jazz